SELAMAT DATANG DIBLOG SITARAGUYANG MOHON MAAF BLOGNYA MASIH DALAM PERBAIKAN

Jumat, 04 Maret 2011

Opini Bobotoh: Haji Umuh Sayang, Haji Umuh Malang!


Tulisan yang sangat subyektif ini bukan propaganda pro atau anti Umuh Muchtar. Ini sekadar berbagi cerita. Mudah-mudahan aya mangpaatna kanggo baraya sabangsa-saagama! Hajang marrr! Gunus meletung! Saya — mungkin! — satu dari sedikit orang yang beruntung bisa mendapatkan akses untuk bersinggungan dengan kalangan teras Persib. Baik pemain, pelatih, ofisial, maupun awak manajemen. Dulu saya merasa sentosa bisa mendapatkan kesempatan itu.

Tapi jujur saja, setelah sekian tahun berjalan, saya mulai merasa tidak sentosa bisa memiliki hubungan dekat dengan pemain, pelatih, atau awak manajemen. Lain nanaon, kami ngarasa teu bisa bebas ngritik lamun geus kadung deukeut jeung pelatih, pemain, atawa ofisial. Ada perasaan ewuh pakewuh saban harus mengoreksi sebuah hal yang tidak benar. Karena itu saya memutuskan untuk tidak lagi aktif meliput Persib. Ka lapangan teh ayeuna mah saperluna. Utamana lamun hayang up date foto. Kadang mun aya konferensi pers ge tara datang. Kebetulan muncul situs simamaung.com (punten teu disensor, da bawiraos persibwatch.com moal rugel ieuh). Situs ini memungkinkan saya bisa bikin berita harian untuk dikirim ke Jakarta tanpa harus meliput langsung ke lapangan. Tentu cara yang saya tempuh ini tidak elegan. Tapi itu saya lakukan karena untuk menghindari kontak terlalu banyak dengan pelatih atau manajer. Alasan lainnya, haroream! Hahaha

Dari sekian tahun bersinggungan dengan kalangan dalam keluarga besar Persib, saya jadi tahu banyak (atau banyak tahu) tentang sepak terjang Haji Umuh Muchtar. Dulu ketika Haji Umuh masih berstatus bobotoh dan gemar menebar bonus belasan juta rupiah saban Maung Bandung usai bertanding, saya kagum setengah mati.

Saat itu saya berpikir: ni orang edan pisan, ikhlas ngaluarkeun duit loba keur nedunan karesep hate! Saya pastikan sosok seperti itu hanya ada satu di kolong langit Jawa Barat. Kalau dulu ada Deny Susanto — mantan pemilik Pro Duta — yang juga royal merogoh koceknya untuk Persib, saya tahu yang bersangkutan melakukannya karena didasari sebuah vested interest. Sementara saya tahu Haji Umuh melakukannya karena semata-mata atas dasar nyaah ka Persib.

Seiring waktu berjalan, pranata Haji Umuh pun sedikit demi sedikit terkerek. Dia mulai masuk ke kalangan dalam Ketua Umum Persib (saat itu) Dada Rosada. Dan singkat kata, akhirnya Haji Umuh dianggit jadi wakil Jaja Sutardja di kursi manajerial.

Sejak saat itulah sudut pandang saya terhadap Haji Umuh mulai bergeser. Saya menemukan sekali banyak kejanggalan pada profil Haji Umuh. Banyak sekali tindakannya yang — menurut dosen Bahasa Inggris saya — tidak educated alias teu nyakola mun dina basa Sunda tea mah.

Haji Umuh doyan ngomong asal jeplak kepada media. Banyak pernyataannya yang mencerminkan dia tidak memiliki pengetahuan mumpuni ihwal sepakbola. Jika Haji Umuh sudah merasa tidak suka dengan pemain, dia tak segan menjelek-jelekkannya di hadapan wartawan, yang kemudian merilisnya di media masing-masing. Demikian halnya terhadap pelatih atau pihak lain. Ah… mungkin juga kelak kepada saya jika Haji Umuh kebetulan membaca tulisan ini!

Satu kasus yang tetap membekas di benak saya adalah menyangkut Jaya Hartono. Haji Umuh mengkritik habis Jaya di pengujung ISL musim kemarin, sehingga sang arsitek memutuskan undur diri.

Dan tahukan dulur, kasus ini berekses tidak kecil. Jika dulur tidak tahu, Rahmad Darmawan lebih memilih Persija sebagai bentuk protes terhadap sikap manajemen Persib yang sudah menjelek-jelekkan Jaya. Kebetulan Rahmad memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Jaya. Saya mengetahui informasi ini dari seorang teman jurnalis asal Jakarta. Dari seorang kawan jurnalis lain, saya juga mendapat informasi Jaya hampir saja memperkarakan Haji Umuh karena merasa sudah di-fait accompli.

Sebagai respons berubahnya sudut padang terhadap Haji Umuh, saya tak pernah mau datang jika kebetulan ada acara di kediamannya di daerah Tanjungsari, Sumedang. Saya tahu akan banyak basa-basi bila hadir ke sana. Meski saya tahu Haji Umuh suka memberi uang pengganti bensin buat wartawan.

Belakangan batin saya makin resisten terhadap profil Haji Umuh. Dia masih doyan bicara asal jeplak. Sebenarnya saya ingin memberi nasehat, baik langsun maupun via surat. Tapi hal itu tidak saya lakukan, karena takut Haji Umuh tidak menerima. Nanti malah saya dikata-katai: saha maneh wani-wani mapatahan ka kami!

Lebih sayangnya lagi, sepertinya tidak ada orang di sekitar Haji Umuh yang berani mengingatkan. Maka sikap dan pola pikir Haji Umuh pun tetap seperti seorang bobotoh. Padahal sekarang dia jadi orang paling berpengaruh di tim dan perusahaan besar bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB).

Akhir-akhir ini kiprah Haji Umuh makin kontroversial saja. Yang terakhir, dia dikabarkan terlibat friksi dengan pihak konsorsium. Di mata saya, ini kasus yang bisa berakibat fatal jika tidak segera diselesaikan

Namun, yang paling mengganggu, saya membaca di beberapa laman dunia maya, Haji Umuh kini mulai banyak menuai kritik dari bobotoh. Padahal dulu dia dianggap pahlawan yang telah menyelamatkan Persib dari kebinasaan.



SAYANG DAN MALANG

Mengenai kepahlawan Haji Umuh, saya ingin berbagi pengalaman juga. Betapa pun saya tidak begitu menyukai sikap dan pola pikir Haji Umuh dalam mengurus Persib, saya tetap kagum dan bangga terhadapnya. Sebab, saya tahu sendiri bagaimana sepak terjang Haji Umuh ketika Persib baru saja disapih dari APBD jelang ISL 2009/2010. Jika bobotoh sekarang masih bisa melihat Eka Ramdani, Atep, dan Cristian Gonzalez masih berkostum Maung Bandung, percayalah hal itu atas jasa Haji Umuh. Dalam hal ini jangan sekali-kali melupakan jasa Haji Umuh. Jika saat itu Haji Umuh tidak mengiyakan titah Dada Rosada untuk mengambil alih manajemen PT PBB, mungkin kita sekarang tengah merana karena Persib berada satu level dengan Persikab. Sebab, saya tahu betul, Dada Rosada sendiri sudah angkat tangan terhadap tanggung jawab pendanaan. Sementara manajemen PT PBB yang diisi orang-orang terdahulu sama sekali memble tidak bisa apa-apa!

Oleh karena itu, untuk satu-dua tahun ke depan, mari kita mendoakan Haji Umuh tetap berada di PT PBB. Saya belum melihat ada orang yang bisa menggantikan kemampuan Haji Umuh dalam hal menyediakan sumber pendanaan. Memang ada orang-orang bonafid yang tergabung dalam konsorsium. Tapi mereka adalah orang-orang asing yang rasa cintanya kepada Persib belum teruji waktu.

Sekali lagi, mari kita menerima keberadaan Haji Umuh dengan segala kiprah teu nyakolana. Kecuali kita siap melihat Persib teu boga duit keur ngagajih Eka, Atep, jeung Gonzalez!

Dan doakan juga saya supaya punya keberanian menghadap langsung Haji Umuh. Tentu saja untuk mengingatkan — bukan menasehati — tentang sikapnya selama ini yang kerap melabrak wilayah kerjanya sebagai manajer dan bos PT PBB!

Punten Pak Haji! Paralun anu kasuhun, saya menulis ini karena respek dan sayang kepada Pak Haji!

Penulis adalah seorang bobotoh yang dekat dengan lingkungan PERSIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar